WISATA JEMBER

Pantai Papuma.

WISATA JEMBER

Pantai Payangan.

WISATA BOJONEGORO

Tanah Gerak dan Kering Bojonegoro

WISATA PULAU DEWATA

Patung Garuda Wisnu Kencana.

WISATA MALANG

Gunung semeru dari atas Museum Angkot Malang

Kutipan Andi

Semua ada disini

Wednesday, April 20, 2016

API ABADI ALAM BOJONEGORO

API ABADI ALAM BOJONEGORO

Kayangan Api, Bojonegoro - Wikipedia

Api Abadi Kayangan Api Adalah berupa sumber api abadi yang tak kunjung padam yang terletak pada kawasan hutan lindung di Desa Sendangrejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. tempat ini mempunyai sejuta mitos dan cerita yang mistis, konon katanya Menurut cerita, Kayangan Api adalah tempat bersemayamnya Mbah Kriyo Kusumo atau Empu Supa atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah Pandhe berasal dari Kerajaan majapahit. Di sebelah barat sumber api terdapat kubangan lumpur yang berbau belerang dan menurut kepercayaan saat itu Mbah Kriyo Kusumo masih beraktivitas sebagai pembuat alat-alat pertanian dan pusaka seperti keris, tombak, cundrik dan lain-lain. Sumber Api, oleh masyarakat sekitarnya masih ada yang menganggap keramat dan menurut cerita, api tersebut hanya boleh diambil jika ada upacara penting seperti yang telah dilakukan pada masa lalu, seperti upacara Jumenengan Ngarsodalem Hamengkubuwana X dan untuk mengambil api melalui suatu prasyarat yakni selamatan/wilujengan dan tayuban dengan menggunakan fending eling-eling, wani-wani dan gunungsari yang merupakan gending kesukaan Mbah Kriyo Kusumo. Oleh sebab itu ketika gending tersebut dialunkan dan ditarikan oleh waranggono tidak boleh ditemani oleh siapapun.

Selain api yang menyala abadi, di kayangan api juga terdapat pohon cinta, yaitu pohon yang menyatu menjadi satu dan membentuk seperti orang yang sedang berpelukan. Di bawah pohon cinta ini terdapat banyak batu dengan adanya tulisan nama pasangan-pasangan yang konon katanya dipercayai akan membuat hubungan mereka menjadi langgeng. 

Wednesday, April 13, 2016

MITOS DAN FAKTA COBAN BAUNG PASURUAN

MITOS DAN FAKTA COBAN BAUNG PASURUAN



Gerimis menyapa saat kendaraan kami masuk ke areal parkir Coban Baung. Siang itu mendung menggantung seolah ingin segera menumpahkan air hujannya ke bumi. Namun, itu tak menyurutkan niat saya dan istri untuk mendatangi air terjun ini. Bergegas kami melangkahkan kaki menuju loket tiket yang dijaga dua bapak berseragam Perhutani. Seperti biasa, saya menyempatkan diri bertanya jawab dengan petugas. Setidaknya saya harus tahu jarak tempuh dan medan menuju air terjun. "Jika nanti hujan deras, sebaiknya langsung kembali ya, Mas," pesan si bapak petugas.

Rupanya, kami harus menembus hutan kecil untuk menikmati air terjun yang berada di lereng Gunung Baung di Dusun Sumbersuko, Desa Kertosari, Kecamatan Purwodadi, Pasuruan, ini. Jalan setapak sepanjang sekitar 500 meter telah dibangun berupa anak tangga. Jalan ini tepat berada di seberang pagar belakang Kebun Raya Purwodadi. Pohon-pohon nan tinggi dan rindang melindungi kami dari gerimis yang semakin lama semakin reda. 

Setengah perjalanan kami ditandai dengan deru air terjun yang mulai terdengar. Sekelompok monyet bergelantungan di dahan-dahan pohon. Meski mereka tak mengganggu, istri saya sempat memegang erat lengan saya tanda dia sedikit takut berjalan melintasi gerombolan hewan primata itu. Sejujurnya saya juga khawatir jika tiba-tiba ada monyet yang usil. Untunglah, mereka sepertinya menjaga jarak dan hanya sesekali melintas di depan kami. 

Sepanjang perjalanan, kami sama sekali tak bertemu pengunjung lain. Perasaan saya tiba-tiba kurang enak ketika sekelebat aroma melati tercium jelas di hidung saya. Saya berusaha menyingkirkan prasangka-prasangka buruk yang terlintas di kepala. Bisa saja memang ada tanaman melati yang sedang berbunga di antara semak-semak ini. Langkah-langkah pun seolah kian cepat dan tak terasa kami telah sampai di ujung anak tangga.