Colok-Colok malam 9 adalah tradisi orang jawa khususnya daerah Bojonegoro, Tuban, Lamongan dan sekitarnya. Tradisi ini dilakukan setiap hari ke-29 Bulan Ramadhan atau orang jawa menyebutnya "malem songo". 30 menit sebelum berbuka adalah waktu yang tepat untuk melaksanakan tradisi ini. Bahan Colok-Colok biasanya adalah berupa kayu yang dililit kain perca atau bisa juga berupa obor api maupun lampu ublik. Orang setempat menyakini bahwa colok-Colok adalah sebagai alat penerang jalan untuk sanak saudara yang sudah meninggal ketika akan kembali ke kuburannya lagi. Karena pada saat itu belum ada penerangan apapun. Namun sekarang dengan kecanggihan teknologi dan sistem penerangan yang sudah canggih, tradisi ini mulai ditinggalkan, orang-orang sudah memasang lampu disekitar rumahnya sehingga mereka menganggap tradisi ini sudah bisa ditinggalkan. Tetapi sebagian orang, dan kebanyakan berasal dari pedesaan masih melestarikan tradisi ini dengan tujuan agar kegiatan Colok-Colok tetap ada, dan dikenalkan ke anak-anak muda supaya tahun ke tahun masih lestari, walau kecanggihan teknologi masa kini.
Tuesday, June 12, 2018
Tradisi Colok-Colok Malam 9 yang mulai ditinggalkan di Bojonegoro dan sekitarnya
Colok-Colok malam 9 adalah tradisi orang jawa khususnya daerah Bojonegoro, Tuban, Lamongan dan sekitarnya. Tradisi ini dilakukan setiap hari ke-29 Bulan Ramadhan atau orang jawa menyebutnya "malem songo". 30 menit sebelum berbuka adalah waktu yang tepat untuk melaksanakan tradisi ini. Bahan Colok-Colok biasanya adalah berupa kayu yang dililit kain perca atau bisa juga berupa obor api maupun lampu ublik. Orang setempat menyakini bahwa colok-Colok adalah sebagai alat penerang jalan untuk sanak saudara yang sudah meninggal ketika akan kembali ke kuburannya lagi. Karena pada saat itu belum ada penerangan apapun. Namun sekarang dengan kecanggihan teknologi dan sistem penerangan yang sudah canggih, tradisi ini mulai ditinggalkan, orang-orang sudah memasang lampu disekitar rumahnya sehingga mereka menganggap tradisi ini sudah bisa ditinggalkan. Tetapi sebagian orang, dan kebanyakan berasal dari pedesaan masih melestarikan tradisi ini dengan tujuan agar kegiatan Colok-Colok tetap ada, dan dikenalkan ke anak-anak muda supaya tahun ke tahun masih lestari, walau kecanggihan teknologi masa kini.